Asal Usul Marga Sibuea

Terdapat beberapa versi asal usul marga Sibuea. Salah satunya adalah Guru Mangalahan Niaji Beliau anak siampudan dari perantauan yaitu porsea, Guru Mangalahan Niaji kembali ke Laguboti karena ada pertikaian dalam keluarga abangnya terkait warisan, salah satunya yaitu memperebutkan tanah yang seharusnya bagian siampudan yaitu Guru Mangalahan Niaji itu sendiri.



Guru Mangalahan Niaji mencoba melerai dan meredakan suasana, namun beliau ternyata justru mendapat ejekan dari keluarga abangnya. Cara musyawarah telah dijalani namun masih juga belum mampu menelesaikan masalah, akhirnya Guru Mangalahan Niaji terpaksa menunjukkan kemampuannya. Setelah memperingatkan penduduk untuk tidak keluar rumah, beliau berdoa dan meminta hujan turun selama tiga hari tiga malam, terjadilah banjir besar yang melanda daerah tersebut, Guru Mangalahan Niaji memerintahkan para buaya peliharaannya untuk menunggui disetiap tangga rumah penduduk termasuk rumah keluarga abangnya, dan buaya itu tidak beranjak meski sudah di usir dengan cara apa pun. hal ini mengakibatan seluruh penduduk dilanda kelaparan.keadaan ini membuat keluarga abangnya kapok dan meminta maaf kepada Guru Mangalahan Niaji dan menuruti segala nasihatnya.sejak keadian itu Guru Mangalahan Niajidiberi gelar “Parbuea” yan berarti Pawang buaya, dan berubah menjadi Sibuea.Salah satu buaya peliharaannya tersebut dibunuh oleh Guru Mangalahan Niaji karena melakukan kesalahan, ekor buaya tersebut sekarang disimpan di tugu, di kampung atau huta yang dibangunnya.


Guru Mangalahan NiajiDahulu Op Guru mangalahan Ni Aji merantau ke Porsea dan diperantauan beliau seekor buaya sakti dimana buaya tersebut dapat dipanggil kapan saja bila tuannya membutuhkan

Suatu hari Op Guru mangalahan Ni Aji kembali ke kampung halamannya karena bapaknya Partano Nai Borngin sedang sakit keras, namun terlambat bagi Guru Mangalahan Niaji, sebelum beliau sampai ke Lagu Boti ayah nya ternyata telah wafat.

Pada saat pembagian warisan Guru Mangalahan Niaji hanya memperoleh warisan tanah yang kurang subur dari saudaranya, namun Guru Mangalahan Niaji mampu mengolah lahan tersebut menjadi subur dan hasil yang berlimpah. Melihat kondisi tersebut abang Guru Mangalahan Niaji meminta tanah tersebut agar menjadi miliknya, dan tanah tersebut diganti dengan tanah yang kurang subur milik abangnya, Guru Mangalahan Niaji memenuhi permintaan abangnya tersebut. Guru Mangalahan Niaji kembali mengola tanah yang tidak subur tersebut menjadi tanah yang subur dan melimpah ruah.

Tiba-tiba sang abang kembali meminta agar Guru Mangalahan Niaji mau menukar tanahnya yang subur itu lagi dengan tanah yang tidak subur, Guru Mangalahan Niaji kembali memenuhi permintaan abangnya tersebut, dan Guru Mangalahan Niaji mengolah tanah yang tidak subur itu dengan hati yang tenang dan damai, singkat cerita tanah itu akhirnya berubah menjadi tanah yang subur juga.

Abang Guru Mangalahan Niaji tampaknya tidak puas dengan tanah yang dimilikinya dan dia masih ingin menukar tanahnya tersebut dengan tanah yang dimiliki oleh Guru Mangalahan Niaji, ini merupakan yang ketiga kali, namun tdiak seperti biasa, kali ini Guru Mangalahan Niaji menolak permintaan abangnya tersebut, abang nya memaksa sehingga mereka bertengkar dan adu kesaktian, karena mereka memiliki kesaktian yan sama akhirnya tidak ada yang menang dan kalah.

Akhirnya mereka menyadari bahwa mereka tidak pantas bertengkar lalu mereka berdamai dan bersumpah si sada anak si sada boru, selama mereka bertengkar buaya peliharaan Op Guru mangalahan Ni Aji dipangil dan tinggal di sungai dekat kampung sibuea di laguboti. Saat berdamai masih tinggal di sungai itu bahkan buaya tersebut memangsa 1 anak boru dari marga lain, hal ini membuat penduduk marah dan ingin membunuh buaya tersebut, karea buaya tersebut sakti tidak ada yang mampu membunuh buaya tersebut, Op Guru mangalahan Ni Aji lalu turun tangan dan membunuh buaya tersebut tapi sebelum itu terjadi antara buaya itu dan Op Guru mangalahan Ni Aji telah bersumpah bahwa seluruh bangsa buaya dan keturunannya tidak boleh mencelakai keturunan Op Guru mangalahan Ni Aji, sebagai tanda buntut buaya itu di ambil sebagai tanda perjanjian dan Op Guru mangalahan Ni Aji menggunakan nama parbuea (sibuea) sebagai marganya dan keturunannya.

Selama diperantauan Op Guru Mangalahan Ni Aji bersahabat dengan Panjaitan dan mereka mengangkat sumpah setia si sada anak si sada boru. Hal inilah yang mengakibatkan Sibuea dengan marga Panjaitan dan marga Sibarani mardongan tubu.

Apabila ada yang kurang pas silahkan berikan komentar saya akan memperbaikinya. Saran dan Kritik anda membangun blog ini.

Maulitae Godang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mesin Pencari Web atau Web Search Engine

Berbagai Macam Makanan Daerah di Sumatera Utara

Mengenal Danau Ranu Kumbolo